Monday, October 13, 2014


                                                     MENANAMKAN AJARAN ASWAJA  
                                                             Oleh: syafikgres.blogspot.com                                                                          

Dalam perjalanan para tokoh NU (Nahdlotul Ulamak) ASWAJA (Ahlussunnah Waljamaah) sampai saat ini belum tertanam betul di zaman era globalisasi, terutama pada kalangan anak muda, itu disebabkan karena para penggagas NU kurang mempengaruhi  jiwa-jiwa aswajanya kepada generasi selanjutnya, untuk itu kita yang masih muda, yang pernah berkecimpung dalam dunia mahasiswa, paling tidak sudah memahami ASWAJA, untuk itu kita harus bisa mempengaruhinya pada generasi kedepanya, supaya dia mampu hidup untuk saling menghormati, bersifat toleran, dan mengasihi satu sama lain tanpa memandang status agamanya . secara sederhana ASWAJA diterjemahkan sebagai : kelompok golongan yang mengikuti, meyakini, dan mengamalkan sikap , perbuatan, dan perkataan yang dijalankan Rosululloh SAW, sahabatnya, dan para pengikut sahabatnya dimanapun berada, kapanpun dan siapapun (4 ulamak madzhab, salaffussholikh, dll). awal munculnya aswaja menjadi salah satu kelompok dalam kehidupan sosial adalah kerena perbedaan teologi, disini ada mu’tazilah (akal), syi’ah (percaya mutlak ahlul bait), khowarij (teks tual), dan ASWAJA (moderat) muncul sebagai alternatif perbedaan-perbedaan kelompok tersebut.

PRINSIP ASWAJA

Prinsip yang dikembangkan ASWAJA adalah prinsip moderat (tengah-tengah), wasathon, mempertimbangkan teks dan konteks, prinsip seperti itu sebenarnya telah ada dalam pesan risalah nubuwwah Muhammad SAW, baik dalam AL-qur’an maupun dalam hadits. dalam prinsip dan sikap seperti ini, ASWAJA selalu menjadi solusi alternatif dalam setiap persoalan perdebatan yang bersifat dhoni (masih butuh penafsiran), dengan mengedepankan pendapat yang paling benar, yang paling bermanfaat, dan menghilangkan kemadlorotan (usul fiqih). tokoh perintis faham ASWAJA, abu hasan al-basri (W 110  H/728 M), Abu Hasan Al-Asy’ari (W. 324H/935 M), dan Abu Manshur al-maturidzi (W.331 H/944 M), dan masih banyak ulamak sunni lainya.
                                                                 
                                                                      RENUNGAN

Menggunakan ASWAJA tentunya didasarkan pada telaah keilmuwan yang memiliki watak bebas dan universal. karena itu, hadis menerangkan kalim kebenaran ASWAJA  sebagai satu-satunya golongan yang akan masuk surga kelak, perlu digugat argumentasi yang dipakai abduh. dengan menggunakan  ‘hadits tandingan’ yang kontra diktif dengan hadits itu. hadits tersebut berbunyi .’’  bahwa hanya ada satu golongan akan binasa, sedangkan sisanya akan selamat. “ (GHA Juyn boll , kontroversi hadits di mesir  , 1999 : 21), pendapat abduh ini diketengahkan sebagai mukhalafah dari klaim hadits ASWAJA diatas. disamping juga memberikan wacana terhadap realita sosial kegamaan yang berkembang  hingga saat ini. pada sisi lain, pendekatan identifikatifguna menggunakan respon dan identitas islam dimasa moderen. pendekatan ini nampaknya membuka peluang bagi kemunculan pemikiran dan usaha kreatif serta pro aktif yang bersifat problem solving. ada lagi pendekatan afirmatif yang digunakan untuk menegaskan kembali kepercayaan pada islam. untuk memberikan gambaran kongkret atas gugatan ini, maka diperlukan dua pendakatan studi agama, pendekatan diskriptif. artinya menguraikan secara komprehensip aspek-aspek kesejarahan struktur, doktrin dan lain-lain elemen tanpa terlibat pemberian penilaian. kedua pendekatan normatif. maksudnya, ada upaya untuk menjelaskan ASWAJA dengan menitik beratkan kebenaran doktrinial, keunggulan sistem nilai otentisitas teks, fleksibilitas ajaranya sepanjang masa.

SIMBOL ASWAJA

Dulu  para ahli dakwah bersemnagat ketika pada abad ke-9 dinasti abasiyah yang berpusat di baghdad mengirimkan delegasi dakwah yang terdiri dari orang arab yag berkaidah ahlus sunnah wal jama’ah (ASWJA) dan bermadzhab imam syafi’i ke wilayah sumatra utara.
pada tahun 1042 berdiri keraja’an islam samudra pasai dan pada tahun 1025 berdiri keraja’a aceh. al-malikhus shaleh merupakan kerajaan yang meganut faham ASWAJA dan menganut bermadzhab imam syafi’i. bahkan menurut catatan sejarah, pada tahun 840 telah berdiri kerajaan islam pertama di indonesia, yaitu kerajaan perlak. dapat dipastikan bahwa masuknya agama islam ke indonesia sebelum tahun berdirinya kerajaan itu, karena ketika kerajaan itu berdiri sebagai besar penduduknya telah cukup lama memeluk agama islam. sekarang sudah jarang sekali menanamkan jiwa ASWAJA kayak orang terdahulu, membela mati-matian demi berjayanya agama islam, sekarang tinggal kita yang menanamkanya, menanamkan ASWAJA adalah amal yang begitu mulia, bisa dimulai dari tahlilan, yasian, atau disetiap memperingati hari bisa mengadakan yasinan bersama-sama, dengan saling bermunajat menghadap sang kholik merendahkan diri padanya, supaya kita diberi petunjuk , juga jalan yang terbaik untuk diri kita masing-masing.
Tulisan ini sangatlah kurang sempurna maka, dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca tulisan ini.

No comments:

Post a Comment