MENANAMKAN AJARAN ASWAJA
Oleh: syafikgres.blogspot.com
Dalam
perjalanan para tokoh NU (Nahdlotul Ulamak) ASWAJA (Ahlussunnah Waljamaah)
sampai saat ini belum tertanam betul di zaman era globalisasi, terutama pada
kalangan anak muda, itu disebabkan karena para penggagas NU kurang
mempengaruhi jiwa-jiwa aswajanya kepada generasi
selanjutnya, untuk itu kita yang masih muda, yang pernah berkecimpung dalam dunia mahasiswa, paling tidak sudah memahami ASWAJA, untuk itu
kita harus bisa mempengaruhinya pada generasi kedepanya, supaya dia mampu hidup
untuk saling menghormati, bersifat toleran, dan mengasihi satu
sama lain tanpa memandang status agamanya . secara sederhana ASWAJA
diterjemahkan sebagai : kelompok golongan yang mengikuti, meyakini, dan
mengamalkan sikap , perbuatan, dan perkataan yang dijalankan Rosululloh SAW,
sahabatnya, dan para pengikut sahabatnya dimanapun berada, kapanpun dan
siapapun (4 ulamak madzhab, salaffussholikh, dll). awal munculnya aswaja
menjadi salah satu kelompok dalam kehidupan sosial adalah kerena perbedaan
teologi, disini ada mu’tazilah (akal), syi’ah (percaya mutlak ahlul bait),
khowarij (teks tual), dan ASWAJA (moderat) muncul sebagai alternatif
perbedaan-perbedaan kelompok tersebut.
PRINSIP ASWAJA
Prinsip yang
dikembangkan ASWAJA adalah prinsip moderat (tengah-tengah), wasathon,
mempertimbangkan teks dan konteks, prinsip seperti itu sebenarnya telah ada
dalam pesan risalah nubuwwah Muhammad SAW, baik dalam AL-qur’an maupun dalam
hadits. dalam prinsip dan sikap seperti ini, ASWAJA selalu menjadi solusi
alternatif dalam setiap persoalan perdebatan yang bersifat dhoni (masih butuh
penafsiran), dengan mengedepankan pendapat yang paling benar, yang paling
bermanfaat, dan menghilangkan kemadlorotan (usul fiqih). tokoh perintis faham
ASWAJA, abu hasan al-basri (W 110 H/728
M), Abu Hasan Al-Asy’ari (W. 324H/935 M), dan Abu Manshur al-maturidzi (W.331
H/944 M), dan masih banyak ulamak sunni lainya.
RENUNGAN
Menggunakan
ASWAJA tentunya didasarkan pada telaah keilmuwan yang memiliki watak bebas dan
universal. karena itu, hadis menerangkan kalim kebenaran ASWAJA sebagai satu-satunya golongan yang akan masuk
surga kelak, perlu digugat argumentasi yang dipakai abduh. dengan
menggunakan ‘hadits tandingan’ yang
kontra diktif dengan hadits itu. hadits tersebut berbunyi .’’ bahwa hanya ada satu golongan akan binasa,
sedangkan sisanya akan selamat. “ (GHA Juyn boll , kontroversi hadits di mesir , 1999 : 21), pendapat abduh ini
diketengahkan sebagai mukhalafah dari klaim hadits ASWAJA diatas. disamping
juga memberikan wacana terhadap realita sosial kegamaan yang berkembang hingga saat ini. pada sisi lain, pendekatan
identifikatifguna menggunakan respon dan identitas islam dimasa moderen.
pendekatan ini nampaknya membuka peluang bagi kemunculan pemikiran dan usaha
kreatif serta pro aktif yang bersifat problem solving. ada lagi pendekatan
afirmatif yang digunakan untuk menegaskan kembali kepercayaan pada islam. untuk
memberikan gambaran kongkret atas gugatan ini, maka diperlukan dua pendakatan
studi agama, pendekatan diskriptif. artinya menguraikan secara komprehensip
aspek-aspek kesejarahan struktur, doktrin dan lain-lain elemen tanpa terlibat
pemberian penilaian. kedua pendekatan normatif. maksudnya, ada upaya untuk
menjelaskan ASWAJA dengan menitik beratkan kebenaran doktrinial, keunggulan
sistem nilai otentisitas teks, fleksibilitas ajaranya sepanjang masa.
SIMBOL ASWAJA
Dulu para ahli dakwah bersemnagat ketika pada abad
ke-9 dinasti abasiyah yang berpusat di baghdad mengirimkan delegasi dakwah yang
terdiri dari orang arab yag berkaidah ahlus sunnah wal jama’ah (ASWJA) dan
bermadzhab imam syafi’i ke wilayah sumatra utara.
pada tahun 1042
berdiri keraja’an islam samudra pasai dan pada tahun 1025 berdiri keraja’a
aceh. al-malikhus shaleh merupakan kerajaan yang meganut faham ASWAJA dan
menganut bermadzhab imam syafi’i. bahkan menurut catatan sejarah, pada tahun
840 telah berdiri kerajaan islam pertama di indonesia, yaitu kerajaan perlak.
dapat dipastikan bahwa masuknya agama islam ke indonesia sebelum tahun
berdirinya kerajaan itu, karena ketika kerajaan itu berdiri sebagai besar
penduduknya telah cukup lama memeluk agama islam. sekarang sudah jarang sekali
menanamkan jiwa ASWAJA kayak orang terdahulu, membela mati-matian demi
berjayanya agama islam, sekarang tinggal kita yang menanamkanya, menanamkan
ASWAJA adalah amal yang begitu mulia, bisa dimulai dari tahlilan, yasian, atau
disetiap memperingati hari bisa mengadakan yasinan bersama-sama, dengan saling
bermunajat menghadap sang kholik merendahkan diri padanya, supaya kita diberi
petunjuk , juga jalan yang terbaik untuk diri kita masing-masing.
Tulisan ini sangatlah kurang sempurna maka, dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca tulisan ini.
No comments:
Post a Comment